Gerbong nomor tiga Bekasi - Jakarta Kota. Kini berjalan pelan-pelan dengan irama dan ayunan yang memanjakan, dibumbui heningnya suasana yang merindukan. Seketika akupun terbang melayang terbawa indahnya lamunan. Menikmati perdebatan hebat setan-malaikat yang menguasai pikiran.
Dia itu pelupa ?
hm.. bukann, dia itu bukan pelupa.
Dia memang suka melupa, melupakan keburukan seseorang agar
tak tergoreskan dendam didalam pikirannya.
Seperti halnya
Samudera, yang rasanya tetap terjaga meski pernah diberikan bangkai sebegitu
banyaknya.
Dia itu pembohong ?
hm.. bukan bukan bukan bukan, dia itu bukan pembohong.
Dia itu memang suka menyembunyikan banyak hal namun bukan
dengan niat berbohong, mungkin hanya menghindar agar tak pernah ditinggikan.
Mirip bidadari yang
terpaksa jatuh dikewalian. Cantik, manis dan suka memberikan kejutan indah yang
tak pernah terbayangkan.
Dia itu perekayasa ?
hm.. bukanlah bukan, bukan perekayasa dia mah.
Dia itu hanya ingin patuh pada Tuhannya. Dengan tetap
menyapa, tersenyum dan tertawa yang padahal dihatinya tersayat sebegitu
pedihnya.
Dia tak ingin membuat
titipan Tuhannya kecewa saat menjadi raja dikediamannya.
Dia itu pemalu ?
Ya, seperti dugaanmu kalau dia itu
pemalu. Malu pada Tuhan karena belum juga bisa melakukan yang dimau-Nya yang
padahal berdetik detik, bermenit menit, berjam jam, bahkan berhari hari Tuhan tak
pernah bosan mengawasinya.
Tiba tiba tamparan datang mendarat dipundak
sisi kanan yang membuatku tersadar , “ Jakarta kota mas .”
Dengan berlaga bingung dan sedikit
konyol ku menjawab,” oh, makasih pak.”
Ku berjalan keluar dengan mode
muka cengar cengir ndak karuan sambil ngomong sendiri didalam pikiran.
Ah, kaamu.. makin rajin aja ya menggagu
pikiranku.
Nb : Dia itu beliau dan beliau itu kamu. Kamu yang tersenyum manis
dihadapan jejak tarian jari-jari kotorku.
Hardi.NR
0 komentar :
Posting Komentar